Home / Ekonomi / Rupiah Melemah ke Rp16.620: Analis Ungkap Penyebab Utama dan Prospeknya Hari Ini

Rupiah Melemah ke Rp16.620: Analis Ungkap Penyebab Utama dan Prospeknya Hari Ini

rupiah

Nilai tukar rupiah melemah ke Rp16.620 per dolar AS pada Kamis (23/10). Ketahui penyebab rupiah melemah hari ini dan prediksi pergerakannya menurut analis.

MonetaPost –  Nilai tukar rupiah melemah ke level Rp16.620 per dolar AS pada Kamis (23/10).
Data Bloomberg menunjukkan rupiah turun 35 poin atau 0,21 persen dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya. Pelemahan ini menunjukkan masih kuatnya tekanan eksternal terhadap mata uang Garuda di tengah gejolak pasar global yang belum stabil.

Sejak awal pekan, rupiah memang bergerak fluktuatif. Meskipun sempat menguat tipis pada Selasa, tren pelemahan kembali muncul akibat meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Kondisi tersebut menambah tekanan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap aliran modal asing.

Bank Indonesia (BI) terus memantau pergerakan nilai tukar dan siap melakukan langkah stabilisasi apabila volatilitas rupiah meningkat.
Langkah-langkah intervensi di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) masih menjadi strategi utama BI menjaga stabilitas nilai tukar.

Perbandingan dengan Mata Uang Asia dan Negara Maju

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS tidak terjadi secara tunggal. Sejumlah mata uang Asia juga menunjukkan pelemahan serupa.
Berikut perbandingannya:

  • Peso Filipina turun 0,08%
  • Yen Jepang melemah 0,24%
  • Dolar Singapura minus 0,06%
  • Won Korea Selatan minus 0,13%
  • Baht Thailand turun 0,12%

Dari kelompok mata uang negara maju, pergerakan juga bervariasi:

  • Euro Eropa melemah 0,07%
  • Franc Swiss minus 0,09%
  • Dolar Australia justru naik tipis 0,03%
  • Dolar Kanada turun 0,01%

Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen pasar global memang cenderung mengarah pada penguatan dolar AS. Para pelaku pasar kembali mencari aset yang dianggap aman (safe haven) di tengah meningkatnya risiko global.

Penyebab Utama Rupiah Melemah

Menurut analis Doo Financial Futures, rupiah melemah akibat meningkatnya sentimen risk-off di pasar global.
Hal ini dipicu oleh memanasnya tensi dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) yang kembali mencuat setelah pernyataan terbaru Presiden AS, Donald Trump.

“Tensi dagang memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan akan melarang piranti lunak AS untuk keperluan produksi China,” ujar analis kepada CNN Indonesia.

Pernyataan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik perdagangan kedua negara bisa meluas ke sektor teknologi, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Akibatnya, investor global menghindari aset berisiko seperti rupiah dan memilih instrumen yang lebih aman seperti dolar AS dan yen Jepang.

Selain faktor geopolitik, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh tingginya imbal hasil obligasi AS (US Treasury Yield).
Kenaikan yield ini membuat investor asing lebih memilih aset di AS karena menawarkan tingkat pengembalian lebih menarik dibandingkan aset berdenominasi rupiah.

Prediksi dan Prospek Rupiah Hari Ini

Sejumlah analis memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp16.550 – Rp16.650 per dolar AS.
Pergerakan ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik, antara lain:

  1. Ketegangan dagang AS–China yang meningkatkan permintaan dolar.
  2. Data inflasi AS yang masih tinggi, menunda ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve.
  3. Kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung hati-hati dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

Meski tekanan eksternal cukup besar, peluang penguatan rupiah tetap terbuka apabila data ekonomi domestik menunjukkan hasil positif, seperti peningkatan ekspor atau penurunan defisit neraca berjalan.
Beberapa ekonom juga menilai bahwa aliran modal asing ke pasar obligasi dan saham domestik masih bisa menopang rupiah dalam jangka menengah.

Dampak bagi Ekonomi Indonesia

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS memberikan dampak beragam terhadap perekonomian nasional.
Beberapa sektor akan merasakan tekanan lebih besar, sementara sebagian lainnya justru mendapatkan keuntungan.

  1. Impor menjadi lebih mahal.
    Perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor akan menghadapi peningkatan biaya produksi, terutama di sektor manufaktur dan energi.
  2. Ekspor berpotensi diuntungkan.
    Produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global karena harganya lebih murah dalam dolar AS.
  3. Risiko inflasi meningkat.
    Harga barang impor naik, yang pada akhirnya bisa menekan daya beli masyarakat.
  4. Pasar keuangan cenderung hati-hati.
    Investor asing dapat menunda investasi baru hingga nilai tukar kembali stabil.

Pemerintah bersama Bank Indonesia terus berupaya menjaga kestabilan makroekonomi.
Selain intervensi di pasar valas, BI juga mendorong pendalaman pasar keuangan domestik dan memperkuat koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga pasokan dolar di dalam negeri.

Secara keseluruhan, rupiah melemah ke Rp16.620 hari ini disebabkan oleh meningkatnya risiko global, terutama dari konflik dagang AS–China dan penguatan dolar AS secara global.
Dalam jangka pendek, pelemahan ini masih mungkin berlanjut, namun potensi penguatan tetap ada jika faktor eksternal mereda dan fundamental ekonomi Indonesia tetap solid.

Investor disarankan untuk:

  • Memonitor perkembangan geopolitik global, terutama kebijakan AS terhadap China.
  • Memperhatikan arah kebijakan moneter The Fed dan Bank Indonesia.
  • Menjaga portofolio investasi tetap seimbang, dengan kombinasi aset berisiko dan aset aman.

Bagi pelaku usaha, penting untuk melakukan hedging atau lindung nilai terhadap fluktuasi kurs agar operasional tetap aman dari risiko nilai tukar.
Dengan langkah kebijakan yang tepat, stabilitas rupiah diharapkan dapat terjaga, sehingga kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia tetap kuat.

Tagged:

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *