IHSG Melemah tipis ke level 8.051,17 pada perdagangan 15 Oktober 2025. Simak analisis lengkap dan rekomendasi 5 saham potensial untuk dikoleksi saat IHSG melemah, termasuk TLKM, BUMI, dan EMTK.
MonetaPost – IHSG melemah tipis sebesar 0,19% ke level 8.051,17 pada penutupan perdagangan Selasa (15/10/2025). Tekanan jual dari investor asing masih membayangi pasar, dengan net sell mencapai Rp 1,43 triliun di pasar reguler dan Rp 1,40 triliun di seluruh pasar.
Menurut riset Mega Capital Sekuritas, tekanan ini disebabkan oleh sentimen eksternal, termasuk pelemahan mata uang regional serta antisipasi terhadap kebijakan moneter global yang lebih ketat.
Meskipun begitu, sejumlah saham unggulan domestik masih mampu menopang pergerakan indeks, menunjukkan minat investor lokal yang masih terjaga.
Sektor dan Saham Penopang IHSG
Sebanyak 8 dari 11 sektor mengalami pelemahan, menandakan koreksi yang cukup merata di seluruh lapisan pasar. Namun, saham-saham dari sektor infrastruktur dan telekomunikasi justru menjadi penopang utama IHSG.
- DSSA naik +4,32%
- TLKM menguat +4,05%
- AMRT bertambah +3,74%
Sementara itu, sektor teknologi mencatat penurunan terdalam sebesar 3,65%, diikuti sektor keuangan dan energi. Adapun infrastruktur menjadi satu-satunya sektor yang naik, tumbuh 0,56% seiring dengan ekspektasi peningkatan belanja pemerintah dan proyek konektivitas nasional.
Faktor Global yang Menyebabkan IHSG Melemah
Analis pasar menilai pelemahan IHSG kali ini bukan hanya karena faktor domestik, melainkan juga dipengaruhi oleh dinamika global.
Beberapa faktor eksternal yang memicu IHSG melemah antara lain:
-
Kebijakan The Fed dan arah suku bunga global.
Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama menekan minat terhadap aset berisiko di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. -
Ketegangan geopolitik dan harga minyak dunia.
Lonjakan harga minyak akibat ketegangan di Timur Tengah mendorong kekhawatiran inflasi, yang berimbas pada valuasi saham sektor transportasi dan manufaktur. -
Pelemahan mata uang Asia terhadap dolar AS.
Rupiah yang sempat melemah di atas Rp15.800 per dolar AS memicu aksi jual oleh investor asing karena nilai tukar berpengaruh langsung terhadap laba emiten berbasis impor.
Meski begitu, analis melihat bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Inflasi terkendali di bawah 3%, dan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 diperkirakan tetap berada di kisaran 5,1%–5,2%.
Kinerja Emiten di Tengah IHSG Melemah
Salah satu perhatian utama investor pekan ini adalah perkembangan dari sejumlah emiten konstruksi dan teknologi yang mencatatkan volatilitas tinggi.
1. WEGE Hadapi Empat Gugatan PKPU
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menghadapi empat gugatan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) yang didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sejak 7 Oktober 2025.
Jika permohonan dikabulkan, Bursa dapat menjatuhkan suspensi perdagangan saham WEGE sesuai Peraturan Nomor I-L tentang Suspensi Efek.
Harga saham WEGE per Kamis (16/10) berada di Rp66 per lembar, turun tipis akibat kekhawatiran investor terhadap potensi gangguan arus kas dan proyek.
Namun, beberapa analis menilai valuasi WEGE sudah berada di level undervalue dibandingkan dengan rata-rata industri.
2. GPSO Ubah Struktur Kepemilikan Saham
PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) mengalami perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan saham.
Direktur Utama sekaligus pendiri, Karnadi Margaka, menjual 170 juta lembar saham pada harga Rp59 per lembar dengan total nilai Rp10,03 miliar.
Setelah transaksi, kepemilikannya menurun dari 52,49% menjadi 27%. Penjualan ini merupakan bagian dari proses divestasi saham pendiri, bukan perjanjian repo.
Langkah tersebut juga membuka peluang bagi Tjokro Group melalui PIMSF untuk mengakuisisi 45,45% saham GPSO, yang diharapkan membawa sinergi baru serta memperkuat struktur modal perusahaan di masa depan.
Masuknya grup besar seperti Tjokro Group bisa mempercepat ekspansi GPSO di sektor teknologi geospasial dan data analitik, yang tengah tumbuh pesat di Indonesia.
Rekomendasi Saham Hari Ini
Analis Mega Capital Sekuritas memberikan daftar saham yang dinilai menarik untuk dikoleksi ketika IHSG melemah.
Daftar ini mencakup saham dengan potensi teknikal rebound dan fundamental kuat.
| Kode | Rekomendasi | Entry | Target Price | Stop Loss |
|---|---|---|---|---|
| EMTK | Buy | 1350–1365 | 1400–1430 | 1255 |
| SGER | Buy | 350–356 | 364–370 | 336 |
| BUMI | Buy | 133–136 | 140–148 | 128 |
| TAPG | Buy | 1970–1990 | 2030–2090 | 1850 |
| TLKM | Buy | 3050–3070 | 3130–3170 | 2870 |
Tips Investasi:
Saat IHSG melemah, fokuslah pada saham dengan fundamental kuat, kinerja laba konsisten, dan prospek industri positif. TLKM, EMTK, dan BUMI termasuk dalam kategori ini.
Analisis Teknikal IHSG
Secara teknikal, IHSG masih bergerak dalam tren konsolidasi jangka pendek di area 8.000–8.120.
Indikator RSI menunjukkan sinyal netral di kisaran 48–50, sementara stochastic mulai bergerak naik dari area oversold.
Artinya, tekanan jual mulai mereda dan potensi technical rebound cukup besar jika volume beli meningkat di atas rata-rata 20 hari.
Level support utama berada di 8.000, sedangkan resistance terdekat di 8.120 dan 8.200.
Sentimen Domestik yang Bisa Dorong IHSG Pulih
Meski IHSG melemah, sejumlah faktor domestik bisa menjadi katalis positif dalam beberapa pekan ke depan:
-
Laporan keuangan kuartal III 2025.
Banyak emiten diperkirakan mencatat pertumbuhan laba bersih di atas ekspektasi, terutama dari sektor konsumer dan telekomunikasi. -
Proyek infrastruktur strategis.
Pemerintah tengah mempercepat proyek jalan daerah dan tol laut di bawah Inpres Jalan Daerah 2025, yang berpotensi mendongkrak kinerja saham konstruksi. -
Stabilitas politik dan ekonomi.
Setelah transisi pemerintahan berjalan mulus, investor mulai kembali optimis terhadap kebijakan fiskal dan arah pembangunan nasional.
Strategi Saat IHSG Melemah
Koreksi yang terjadi di pasar saat IHSG melemah justru bisa menjadi peluang akumulasi bagi investor jangka menengah.
Meskipun tekanan jual asing masih tinggi, sektor infrastruktur, konsumer, dan telekomunikasi menunjukkan ketahanan kuat terhadap volatilitas global.
Investor disarankan untuk:
-
Diversifikasi portofolio agar tidak terlalu terpapar risiko sektor tertentu.
-
Gunakan strategi bertahap (averaging down) saat masuk di fase koreksi.
-
Perhatikan level support teknikal IHSG di 8.000 sebagai acuan beli.
Dengan fundamental ekonomi yang masih solid dan peluang rebound teknikal, IHSG berpotensi kembali menguat dalam jangka menengah jika aliran dana asing mulai kembali masuk.







One Comment