Home / Politik / Jokowi dan PSI: Duet Strategis Menuju Pemilu 2029, Akankah Lolos Parlemen?

Jokowi dan PSI: Duet Strategis Menuju Pemilu 2029, Akankah Lolos Parlemen?

PSI

MonetaPost – Wacana bergabungnya Presiden Joko Widodo ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memicu euforia politik, tak hanya di internal partai tapi juga publik nasional. Banyak yang menilai langkah ini bukan sekadar manuver simbolis, melainkan strategi untuk memperkuat posisi PSI dalam menghadapi Pemilu 2029 dan mewujudkan ambisi menembus parliamentary threshold 4 persen.

Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, mengungkapkan bahwa antusiasme kader PSI terhadap kabar tersebut sangat besar. Para pengurus partai dari berbagai daerah merespons secara positif, menunjukkan keyakinan bahwa figur Jokowi akan menjadi katalis transformasi elektoral Partai Solidaritas Indonesia.

“Antusiasme luar biasa datang dari seluruh pengurus DPD dan DPW. Pak Jokowi dianggap mentor politik PSI sejak awal berdiri, karena visi beliau sangat jelas tentang arah pembangunan Indonesia,” kata Andy kepada Merdeka.com, Kamis (12/6/2025).

Lebih lanjut, Andy menegaskan bahwa meskipun nama Jokowi menjadi sorotan, PSI tetap konsisten membuka ruang kompetisi dalam proses demokrasi internal melalui mekanisme Pemilu Raya. Mekanisme ini memungkinkan kader di seluruh Indonesia memilih ketua umum secara langsung, yang berlangsung hingga 23 Juni 2025.

Kompetisi Tetap Terbuka

Andy mengungkapkan bahwa selain Jokowi, beberapa tokoh internal dari Partai Solidaritas Indonesia juga mulai muncul sebagai kandidat ketua umum. Ronald A. Sinaga, yang dikenal aktif dalam advokasi publik termasuk kasus penyanderaan ijazah, menjadi salah satu kandidat potensial. Selain itu, Agus Herlambang juga digadang-gadang sebagai calon kuat.

“Kita masih dalam tahap penjaringan dukungan. Kandidat seperti Bro Ron dan Bro Agus menunjukkan inisiatif dan dukungan dari beberapa daerah,” jelas Andy.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa masuknya Jokowi akan memberi efek elektoral yang sangat besar bagi PSI. Elektabilitas Jokowi, berdasarkan berbagai survei terakhir, masih bertahan tinggi di kisaran 70–85 persen. Ini menjadikannya salah satu tokoh politik paling disukai di Indonesia bahkan setelah mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden.

“Approval rating Jokowi masih sangat kuat. Jika beliau berlabuh ke PSI, kita yakin itu akan memperluas basis suara terutama dari kalangan muda dan kelas menengah yang menjadi target utama PSI,” lanjut Andy.

Perspektif Pengamat: Peluang Nyata atau Sekadar Euforia?

Peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, menilai bahwa figur Jokowi bisa menjadi ‘game changer’ bagi PSI. Menurutnya, budaya politik Indonesia sangat dipengaruhi oleh figur tokoh yang kuat. Dalam konteks PSI, kehadiran Jokowi bisa memberikan arah dan identitas politik yang lebih solid.

“Figur populer seperti Jokowi sangat menentukan dalam politik Indonesia. Loyalis Jokowi yang tersebar luas bisa mengarahkan pilihan politik mereka ke PSI, apalagi jika Jokowi terlibat aktif dalam partai,” ujar Saidiman saat dihubungi Merdeka.com.

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa euforia elektoral harus diimbangi dengan kerja-kerja nyata. Mesin partai harus terus bekerja untuk sosialisasi, edukasi pemilih, dan penguatan akar rumput. Tanpa itu, efek Jokowi bisa saja memudar dalam waktu singkat.

Di sisi lain, tantangan finansial juga tak bisa diabaikan. Menjalankan partai politik di Indonesia membutuhkan sumber daya besar. Jokowi yang tidak berasal dari kalangan pengusaha mungkin akan menghadapi kesulitan dalam aspek ini.

Namun, menurut Saidiman, justru dengan popularitas Jokowi, PSI bisa lebih mudah mendapatkan pendanaan dari simpatisan atau pelaku usaha yang mendukung visi Jokowi.

“Dana politik memang selalu jadi isu klasik, tapi keberadaan tokoh seperti Jokowi bisa menjadi daya tarik investor politik. Banyak tokoh nasionalis yang mungkin ingin mendukung proyek politik Jokowi lewat PSI,” tutup Saidiman.

Harapan Pemilih dan Arah Masa Depan

Jika Jokowi benar-benar bergabung dan memimpin PSI, maka Pemilu 2029 bisa menjadi panggung ujian terbesar bagi partai ini. Banyak kalangan melihat hal ini sebagai peluang untuk membentuk kekuatan politik alternatif yang tidak tersandera oleh oligarki lama. Di tengah kehausan publik akan politik yang bersih, rasional, dan berpihak pada rakyat, kombinasi Jokowi dan Partai Solidaritas Indonesia bisa menjadi jawaban.

Namun tentu saja, semua ini masih bergantung pada keputusan akhir Jokowi. Apakah ia akan mengambil langkah besar dalam karier politiknya pasca-presidensi, atau memilih untuk tetap menjadi figur moral dan inspiratif tanpa posisi struktural?

Satu hal yang pasti, dinamika ini akan terus menjadi perhatian utama dalam lanskap politik Indonesia menuju 2029.

Tagged:

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *