Perang Israel–Iran menelan miliaran dolar, memicu defisit fiskal, penghentian bisnis, dan ancaman downgrade. Jika konflik terus berlanjut, ekonomi Israel bisa runtuh. Simak analisis lengkap dampaknya.
MonetaPost – Konflik Israel–Iran yang telah berlangsung selama tujuh hari berturut-turut hingga 19 Juni 2025 membawa dampak ekonomi yang kian mengkhawatirkan. Di balik kerugian nyawa yang terus bertambah, perang ini juga menekan stabilitas fiskal dan ekonomi makro Israel. Jika tidak segera dihentikan, Israel terancam masuk ke dalam jurang kebangkrutan.
Biaya Perang Membengkak: Miliaran Dolar Hangus
Total pengeluaran Israel untuk perang di Gaza sepanjang 2024 telah mencapai ratusan miliar shekel. Kini, konflik dengan Iran memperparah tekanan fiskal. Hanya dalam dua hari pertama pertempuran, Israel diperkirakan telah menghabiskan dana lebih dari satu miliar dolar. Setiap hari perang menelan biaya yang sangat besar dan dapat dengan cepat menguras kas negara.
Defisit Fiskal Melebar, Anggaran Negara Terancam
Pemerintah Israel menetapkan batas maksimal defisit fiskal sebesar 4,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun biaya perang yang membengkak berisiko melampaui batas tersebut. Kenaikan pengeluaran militer harus ditanggung di tengah tekanan pendapatan negara yang belum sepenuhnya pulih. Ini menempatkan APBN dalam posisi yang sangat rentan.
Ribuan Perusahaan Tutup, Aktivitas Ekonomi Melemah
Sekitar 60.000 perusahaan di Israel dilaporkan tutup sepanjang tahun 2024, akibat kekurangan tenaga kerja, gangguan logistik, dan lesunya permintaan pasar. Dunia usaha kini tertekan oleh ketidakpastian berkepanjangan dan biaya operasional yang meningkat. Sektor pariwisata juga terus merosot akibat ketegangan regional yang memicu penurunan kunjungan wisatawan internasional.
Ancaman Penurunan Peringkat Kredit
Lembaga pemeringkat internasional telah mengisyaratkan kemungkinan penurunan peringkat kredit Israel. Jika hal ini terjadi, maka Israel akan menghadapi kenaikan biaya pinjaman dan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi negara itu akan terkikis. Ini menjadi pukulan berat bagi sistem keuangan nasional, apalagi di tengah meningkatnya kebutuhan utang untuk membiayai pengeluaran perang.
Pertumbuhan Ekonomi Menurun
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Israel untuk tahun 2025 kini diperkirakan turun dari sebelumnya 4,3% menjadi 3,6%. Penurunan ini mencerminkan berkurangnya aktivitas ekonomi akibat mobilisasi militer, pembatasan konsumsi, dan pelemahan investasi. Efek berganda dari perang telah memperlambat laju pertumbuhan yang sebelumnya mulai pulih pasca pandemi.
Skenario Terburuk: Ekonomi Runtuh
Jika konflik terus berlangsung lebih dari dua bulan, biaya yang ditanggung Israel bisa melebihi beban perang di Gaza selama setahun penuh. Dalam skenario ini, bukan hanya APBN yang jebol, namun sektor perbankan, investasi asing, hingga konsumsi domestik bisa mengalami penurunan drastis. Ini akan menempatkan Israel dalam krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tekanan Terhadap APBN: Dilema Pajak dan Belanja Sosial
Untuk menutupi pembengkakan belanja militer, pemerintah kemungkinan besar harus memilih antara menaikkan pajak atau memotong anggaran belanja publik. Opsi menaikkan utang luar negeri pun bukan tanpa risiko, karena bunga pinjaman akan melonjak seiring melemahnya peringkat kredit. Ini membuat stabilitas fiskal semakin sulit dipertahankan dalam jangka menengah.
Ringkasan Dampak Ekonomi Perang Israel–Iran
Dampak | Estimasi Biaya atau Penurunan |
---|---|
Biaya perang 7 hari | Lebih dari US$10 miliar |
Biaya harian perang | Sekitar US$700 juta |
Potensi defisit fiskal | Melebihi 4,9% dari PDB |
Penurunan pertumbuhan | Dari 4,3% menjadi 3,6% |
Penutupan bisnis | 60.000 perusahaan tutup |
Risiko kredit | Potensi downgrade peringkat kredit |
Sektor pariwisata | Penurunan drastis kunjungan wisata |
Israel di Titik Kritis
Perang berkepanjangan antara Israel dan Iran tidak hanya menjadi tragedi kemanusiaan, tetapi juga bencana ekonomi yang nyata. Negara ini kini menghadapi tekanan luar biasa pada anggaran, sektor usaha, pasar tenaga kerja, hingga kredibilitas fiskal.
Jika konflik tak segera diredakan, risiko bangkrut bukan sekadar kemungkinan, tapi menjadi kenyataan yang menanti di depan mata.
One Comment