Transaksi e-commerce Indonesia mencapai Rp44,4 triliun dengan rata-rata belanja Rp95 ribu per transaksi. BI ungkap tren digital payment, QRIS hingga BI-FAST terus meningkat pesat di 2025.
MonetaPost – Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia kembali menunjukkan tren positif. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa transaksi e-commerce pada Juli 2025 mengalami peningkatan baik dari sisi volume maupun nilai nominal.
Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, menjelaskan bahwa transaksi e-commerce naik 6,64% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan tumbuh 16,89% secara tahunan (year-on-year/yoy). Secara keseluruhan, total transaksi mencapai 466,93 juta kali dalam sebulan.
“Perkembangan e-commerce terus bergerak naik. Dari sisi volume, pertumbuhan bulan ke bulan mencapai 6,64%, sementara secara tahunan tumbuh hampir 17%. Secara total, sudah ada lebih dari 466 juta transaksi pada periode tersebut,” jelas Filianingsih dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (20/8/2025).
Dari sisi nilai transaksi, kinerja e-commerce juga menunjukkan tren positif. Nominal belanja digital naik 6,41% mtm dan 2,32% yoy, dengan total mencapai Rp44,4 triliun.
Lebih lanjut, BI juga mencatat bahwa rata-rata nilai transaksi atau ticket size kini berada di kisaran Rp95.000 per transaksi. Angka ini mencerminkan semakin luasnya penetrasi belanja online di masyarakat, terutama di segmen ritel.
QRIS Jadi Primadona Pembayaran Digital
Selain e-commerce, sistem pembayaran digital lain juga mengalami lonjakan. BI menyebut Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai instrumen dengan pertumbuhan paling pesat.
Sepanjang Juli 2025, volume transaksi QRIS melonjak 162,77% yoy, mencatat rekor tertinggi sejak diperkenalkan. Pertumbuhan signifikan ini didorong oleh semakin banyaknya merchant, UMKM, hingga pedagang kecil yang mengadopsi QRIS sebagai alat pembayaran utama.
Tidak hanya QRIS, layanan perbankan digital lain juga tumbuh kuat. Mobile banking mencatat kenaikan transaksi sebesar 26,07% yoy, sementara internet banking meningkat 12,68% yoy.
Secara total, seluruh ekosistem pembayaran digital Indonesia pada Juli 2025 meningkat 45,30% yoy, dengan total lebih dari 4,44 miliar transaksi. Angka ini menunjukkan pergeseran perilaku masyarakat yang semakin mengandalkan kanal digital dalam aktivitas keuangan sehari-hari.
BI-FAST dan BI-RTGS Jadi Penopang Infrastruktur
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan pentingnya infrastruktur pembayaran yang andal dalam mendukung lonjakan transaksi digital.
Layanan BI-FAST, sistem pembayaran ritel real-time milik Bank Indonesia, mencatat pertumbuhan transaksi sebesar 37,56% yoy. Sepanjang Juli 2025, terdapat 414,62 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp1.016,48 triliun.
Sementara itu, BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) yang melayani transaksi bernilai besar mencatat 959,32 ribu transaksi dengan total nilai hingga Rp19.791,94 triliun. Angka ini menegaskan peran vital BI-RTGS dalam menjaga kelancaran arus dana skala besar di sektor keuangan nasional.
Peredaran Uang Kartal Masih Meningkat
Meski transaksi digital semakin mendominasi, penggunaan uang tunai atau uang kartal yang diedarkan (UYD) tetap mengalami pertumbuhan. BI melaporkan bahwa pada Juli 2025, UYD meningkat 9,68% yoy, mencapai Rp1.141,83 triliun.
Perry menegaskan bahwa keseimbangan antara uang tunai dan non-tunai masih dibutuhkan. “Digitalisasi sistem pembayaran berkembang pesat, tetapi uang kartal tetap penting untuk menjangkau masyarakat di daerah yang akses digitalnya terbatas,” ujarnya.
Dampak Ekonomi Digital yang Semakin Luas
Tren pertumbuhan e-commerce dan pembayaran digital menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin terbiasa bertransaksi secara online. Faktor seperti kemudahan akses aplikasi pembayaran, perluasan merchant QRIS, hingga infrastruktur BI-FAST membuat adopsi digital semakin masif.
Dengan rata-rata belanja Rp95 ribu per transaksi dan nilai total Rp44,4 triliun, e-commerce kini tidak hanya menjadi gaya hidup, tetapi juga pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital nasional.
BI optimistis bahwa perkembangan ini akan memperkuat inklusi keuangan dan mendorong efisiensi sistem pembayaran Indonesia ke level global.
Prospek Pertumbuhan ke Depan
Ke depan, peluang ekspansi ekonomi digital Indonesia diperkirakan masih sangat besar. Meningkatnya penetrasi internet, jumlah pengguna smartphone yang terus bertambah, serta dorongan gaya hidup serba cepat membuat transaksi online semakin sulit dipisahkan dari keseharian masyarakat. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, perbankan, dan penyedia teknologi finansial (fintech) akan semakin memperkuat ekosistem pembayaran digital nasional.
Dengan tren positif ini, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pusat pertumbuhan e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Bukan hanya mendukung konsumen, perkembangan ini juga diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru, memberdayakan UMKM, serta memperluas inklusi keuangan hingga ke pelosok daerah.