Laba bersih Astra turun 2,15% pada semester I/2025 akibat lesunya sektor otomotif dan alat berat. Namun, analis tetap rekomendasikan beli dengan target harga Rp5.850. Simak prospek saham ASII selengkapnya!
PT Astra International Tbk. (ASII), salah satu perusahaan konglomerasi terbesar di Indonesia, mencatat penurunan laba bersih pada paruh pertama 2025. Meskipun tekanan datang dari sektor otomotif dan alat berat yang menjadi andalan utama, para analis tetap melihat prospek cerah bagi saham ASII dan menyarankan untuk membeli di harga saat ini.
Laba Bersih Menurun, Apa Penyebabnya?
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, Astra mencatat laba bersih sebesar Rp15,51 triliun pada semester I/2025, turun 2,15% secara tahunan (year-on-year/yoy). Penurunan ini turut berdampak pada laba bersih per saham (earnings per share/EPS) menjadi Rp395, atau turun 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro, mengakui bahwa kinerja grup menurun akibat kondisi bisnis yang penuh tantangan, khususnya di sektor otomotif dan alat berat. Menurutnya, kontribusi laba dari segmen otomotif turun hingga 8% yoy menjadi Rp5,3 triliun, didorong oleh penurunan volume penjualan mobil di tengah pelemahan pasar otomotif nasional.
Pasar Otomotif Melemah, Penjualan Mobil Menurun
Sepanjang semester pertama 2025, penjualan mobil Astra tercatat 201.633 unit, anjlok 12,98% dibandingkan 231.734 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan juga terjadi pada penjualan mobil Low Cost Green Car (LCGC) yang menyusut 25,86% menjadi 49.797 unit.
Meski begitu, Astra tetap mempertahankan dominasinya di pasar nasional dengan pangsa pasar mobil mencapai 54% hingga Juni 2025. Chief of Corporate Affairs Astra, Boy Kelana Soebroto, menyatakan bahwa perusahaan masih optimis akan terjadi pemulihan pada semester kedua.
“Kami berharap penjualan otomotif bisa bangkit pada paruh kedua 2025, seiring membaiknya daya beli masyarakat,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Sektor Alat Berat dan Pertambangan Juga Tertekan
Tak hanya otomotif, segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang dijalankan melalui anak usaha PT United Tractors Tbk. (UNTR) juga mencatat penurunan laba hingga 15% yoy menjadi Rp5 triliun. Penurunan tersebut dipicu oleh curah hujan tinggi yang mengganggu aktivitas penambangan serta harga batu bara yang lebih rendah.
Kombinasi tekanan dari dua segmen bisnis utama ini memperlambat kinerja keuangan Astra secara keseluruhan.
Bagaimana Performa Saham ASII di Pasar?
Meskipun kinerja keuangan mengalami tekanan, saham ASII hanya turun 0,97% pada penutupan 31 Juli 2025 menjadi Rp5.100 per lembar. Secara year-to-date (YTD), saham ini masih mencatatkan kenaikan sebesar 3,03%, menunjukkan stabilitas di tengah gejolak pasar.
Para analis tetap merekomendasikan “buy” untuk saham ASII. Arief Machrus dari Ina Sekuritas menilai bahwa harga saat ini merupakan titik masuk strategis.
“Meski laba menurun, Astra masih mencetak profit yang solid. Portofolio bisnis yang beragam memberi perlindungan terhadap tekanan ekonomi,” tulis Arief dalam risetnya.
Senada dengan itu, Paulina Margareta dari Maybank Sekuritas Indonesia juga memberikan rating beli, dengan alasan valuasi yang menarik serta imbal hasil dividen yang tinggi.
“Kami melihat ASII sebagai pilihan defensif yang menarik, apalagi portofolionya sangat terdiversifikasi dan fokus pada pasar domestik,” jelas Paulina.
Maybank mematok target harga Rp5.650, sementara Ina Sekuritas mematok Rp5.850 per saham.
Risiko yang Perlu Diwaspadai
Meski prospek jangka panjang terlihat positif, terdapat sejumlah risiko yang masih membayangi saham ASII:
-
Permintaan kendaraan yang lebih lemah dari perkiraan, terutama jika pemulihan ekonomi melambat.
-
Kenaikan pajak bahan bakar fosil atau penurunan subsidi yang dapat mengurangi minat beli kendaraan.
-
Kompetisi dari produsen kendaraan listrik (EV) yang semakin agresif masuk pasar Indonesia.
Apa Kata Konsensus Analis?
Berdasarkan data Bloomberg per akhir Juli 2025:
-
24 analis memberikan rekomendasi “buy” untuk saham ASII.
-
9 analis menyarankan “hold”.
-
Target harga rata-rata dalam 12 bulan ke depan adalah Rp5.523 per saham, memberikan potensi kenaikan dari harga saat ini.
Saat Tepat untuk Investasi Jangka Panjang?
Di tengah tekanan yang dihadapi sektor otomotif dan alat berat, Astra International masih menunjukkan resiliensi sebagai konglomerat dengan portofolio bisnis yang luas. Penurunan laba bersih memang menjadi perhatian, namun fundamental bisnis yang solid dan posisi pasar yang kuat memberikan alasan bagi investor untuk tetap percaya.
Saham ASII saat ini dinilai undervalued oleh banyak analis, dengan potensi upside yang menarik. Bagi investor jangka panjang, ini bisa menjadi kesempatan emas untuk masuk sebelum momentum pemulihan ekonomi mendorong kembali sektor otomotif dan energi.
Disclaimer: Artikel ini bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.