Home / Ekonomi / FTA Indonesia–Eurasia Hampir Final, Perdagangan Naik 84% di Tengah Proteksionisme Global

FTA Indonesia–Eurasia Hampir Final, Perdagangan Naik 84% di Tengah Proteksionisme Global

EURASIA

Indonesia dan Eurasia capai kesepakatan FTA spektakuler meski krisis proteksionisme global memburuk. Perdagangan melonjak 84%, investasi naik dua kali lipat. Terobosan strategis ini jadi momentum penting RI ekspansi ke pasar non-tradisional.

MonetaPost – Di tengah memburuknya iklim perdagangan dunia yang diliputi oleh gelombang proteksionisme, Indonesia justru mengambil langkah besar dan berani. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa Indonesia dan Eurasian Economic Union (EAEU) telah mencapai kesepakatan penting untuk menyelesaikan substansi perundingan Free Trade Agreement (FTA) secara menyeluruh. Kesepakatan ini dinilai sebagai terobosan spektakuler di tengah krisis perdagangan global yang melanda.

Dalam pertemuan daring bersama Andrey Slepnev, Member of the Board – Minister in Charge of Trade of the Eurasian Economic Commission (EEC), pada Kamis (10/7/2025), Airlangga memaparkan bahwa total perdagangan antara Indonesia dan EAEU pada kuartal pertama 2025 melonjak tajam hingga 84,40% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai US$1,57 miliar. Tidak hanya itu, nilai investasi dari EAEU ke Indonesia juga meningkat drastis menjadi US$273,7 juta — dua kali lipat dari realisasi tahun 2023.

“Lonjakan ini membuktikan bahwa kerja sama ekonomi Indonesia–EAEU bukan sekadar diplomasi, tapi jalan nyata untuk membangun ketahanan ekonomi nasional yang inklusif,” ujar Airlangga dalam keterangan resmi, Jumat (11/7/2025).

Membangun Poros Ekonomi Non-Tradisional

Kesepakatan FTA ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk diversifikasi pasar ekspor, terutama di tengah ancaman fragmentasi global. Dengan total populasi negara anggota EAEU yang mencapai lebih dari 460 juta jiwa—meliputi Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan—pasar ini menawarkan potensi ekspor yang sangat besar, sekaligus membuka ruang kerja sama lintas sektor yang sebelumnya tidak tergarap optimal.

Langkah strategis ini juga merupakan bentuk perlawanan terhadap dominasi proteksionisme yang semakin agresif dari negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Alih-alih tunduk pada tekanan, Indonesia memilih jalur ekspansi melalui diplomasi dagang aktif.

“Kerja sama ini bukan hanya soal tarif, tapi juga tentang memperkuat ekosistem ekonomi baru yang lebih adil, setara, dan terbuka,” tambah Airlangga.

Finalisasi Legal dan Target Penandatanganan

Pertemuan kali ini juga membahas penyelesaian tahap akhir, yaitu legal scrubbing atau harmonisasi aspek hukum antar negara. Proses ini akan menjadi fondasi legal bagi penandatanganan resmi I-EAEU FTA yang ditargetkan berlangsung pada Desember 2025.

Andrey Slepnev menyatakan kesiapan pihak EAEU untuk mempercepat proses hukum domestik yang diperlukan. “Tim kami akan bekerja keras agar dokumen final dapat disepakati bersama dan ditandatangani sesuai jadwal,” tegasnya.

Sebelumnya, pertemuan bilateral antara kedua menteri telah berlangsung di Jakarta pada 29 Mei 2025, dan dilanjutkan saat forum internasional SPIEF (St. Petersburg International Economic Forum) pada 20 Juni 2025. Dalam forum tersebut, telah ditandatangani Joint Statement yang menegaskan bahwa substansi perundingan telah selesai.

Momentum Strategis di Tengah Krisis Global

Lonjakan perdagangan dan investasi dari kawasan Eurasia menjadi sinyal positif di saat dunia sedang bergulat dengan ketidakpastian ekonomi global, krisis logistik, dan proteksionisme tarif. Negara-negara berkembang seperti Indonesia kini harus bersaing dalam ruang yang semakin sempit akibat kebijakan tertutup dari negara maju.

Namun, melalui kesepakatan strategis dengan EAEU, Indonesia membuktikan bahwa keterbukaan dan kolaborasi internasional masih menjadi kunci sukses untuk pertumbuhan jangka panjang. Terlebih lagi, kerja sama ini membuka peluang besar bagi pelaku industri lokal, termasuk sektor pertanian, makanan halal, otomotif, dan digitalisasi.

Kesimpulan: Langkah Progresif di Tengah Ancaman Global

Kesepakatan FTA antara Indonesia dan Eurasia bukan hanya berita ekonomi biasa. Ini adalah sinyal bahwa Indonesia berani tampil sebagai aktor utama di panggung perdagangan global — bukan sekadar pengikut tren negara besar. Di saat banyak negara menutup diri, Indonesia justru membuka pintu lebih lebar ke pasar baru yang potensial.

Dengan penandatanganan resmi yang ditargetkan akhir tahun, Indonesia tidak hanya memperluas cakupan ekspor, tetapi juga memperkuat daya tawar politik dan ekonominya di kancah internasional.

Ke depan, implementasi FTA ini diharapkan dapat mendukung UMKM ekspor, memperkuat ketahanan rantai pasok regional, serta membuka akses teknologi dan inovasi dari kawasan Eurasia. Pemerintah juga menyiapkan peta jalan perdagangan strategis untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang dari perjanjian ini, termasuk pelatihan, insentif, dan promosi dagang terintegrasi.

Tagged:

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *