MonetaPost – Dalam forum internasional di Rusia, Presiden Prabowo Subianto mengusulkan solusi damai untuk konflik Rusia-Ukraina berupa gencatan senjata model Korea. Usulan ini disambut positif oleh Rusia, namun menuai kritik dari Ukraina dan media Barat.
Dalam pidatonya di forum ekonomi internasional bergengsi, St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan usulan mengejutkan yang kembali menggema di panggung geopolitik global: solusi damai konflik Rusia-Ukraina dengan skema gencatan senjata model Korea.
Prabowo menyampaikan bahwa konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022, perlu segera dihentikan dengan pendekatan damai. Ia menyoroti pentingnya menciptakan stabilitas dan mengakhiri penderitaan warga sipil yang menjadi korban perang. Usulan ini sebelumnya juga sempat ia lontarkan saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan dalam forum Shangri-La Dialogue di Singapura tahun 2023.
Zona Demiliterisasi ala Korea
Dalam forum SPIEF 2025, Prabowo mengusulkan adanya zona demiliterisasi (demilitarized zone/DMZ) antara wilayah konflik yang disepakati oleh kedua pihak, yakni Rusia dan Ukraina. Ia mengacu pada model Korea—zona netral antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dijaga oleh pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Bahkan di Korea saat ini, antara Korea Utara dan Korea Selatan ada zona demiliterisasi yang disupervisi oleh PBB. Perang Korea belum berakhir secara resmi, namun ada kondisi damai yang tercipta,” ujar Prabowo dalam sesi pleno SPIEF 2025, Jumat, 20 Juni 2025.
Ia menyatakan bahwa penerapan zona netral yang diawasi oleh badan internasional dapat menciptakan stabilitas, meski konflik belum sepenuhnya usai secara resmi.
Empat Pilar Usulan Damai
Prabowo sebelumnya merinci empat langkah utama dalam proposal perdamaiannya:
-
Gencatan senjata di semua titik konflik.
-
Penarikan mundur pasukan kedua belah pihak sejauh 15 kilometer untuk membentuk zona demiliterisasi.
-
Pengiriman pasukan penjaga perdamaian PBB untuk memantau dan menjaga ketertiban di wilayah zona netral tersebut.
-
Penyelenggaraan referendum oleh PBB di wilayah-wilayah yang disebut sebagai “daerah sengketa”, guna mendengar secara langsung suara rakyat.
Menurut Prabowo, langkah-langkah tersebut bisa membuka jalan menuju solusi damai jangka panjang, dibandingkan konflik yang berkepanjangan tanpa ujung.
“PBB perlu mengatur dan melaksanakan referendum di wilayah-wilayah sengketa untuk memastikan secara obyektif keinginan mayoritas penduduk di berbagai wilayah sengketa tersebut,” tegasnya dalam pernyataan sebelumnya pada 3 Juni 2023.
🇷🇺Rusia Respon Positif, 🇺🇦 Ukraina Menolak Mentah-Mentah
Usulan Prabowo ini disambut baik oleh Rusia. Pemerintah Moskow menilai bahwa pendekatan pragmatis yang ditawarkan Presiden Indonesia merupakan upaya serius untuk membuka dialog dan menemukan titik temu di tengah ketegangan global.
Namun respons berbeda datang dari pihak Ukraina. Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov, dengan tegas menolak usulan tersebut. Ia bahkan menyebutnya sebagai “proposal aneh” dan menganggap bahwa rencana itu akan menguntungkan pihak agresor.
Penolakan ini juga digaungkan oleh media-media Barat, yang sebagian besar mengkritik proposal Prabowo. Beberapa pihak bahkan menyebut usulan gencatan senjata tersebut sebagai “perdamaian di atas kuburan”. Namun Prabowo menampik anggapan itu dan menegaskan bahwa tujuannya murni demi keselamatan rakyat sipil dan penghentian kekerasan.
“Saya hanya ingin memberikan solusi damai. Saya ingin menyelamatkan masyarakat yang menjadi korban perang,” kata Prabowo.
Diplomasi Indonesia di Panggung Global
Langkah Prabowo menuai perhatian luas. Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai negara nonblok dan menjunjung tinggi prinsip netralitas dalam konflik global, sekali lagi menunjukkan posisinya sebagai mediator damai yang aktif.
Sebagai pemimpin negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia mampu menyuarakan pandangan yang berbeda dari arus utama global, tanpa kehilangan prinsip kedaulatan dan kemanusiaan.
Tantangan Realisasi Proposal
Meski terdengar ideal, realisasi usulan Prabowo menghadapi tantangan berat. Konflik Rusia-Ukraina sangat kompleks, melibatkan isu wilayah, identitas nasional, hingga kepentingan geopolitik global yang lebih luas. Belum lagi, dukungan internasional terhadap salah satu pihak membuat mediasi menjadi medan politik yang amat sensitif.
Namun demikian, usulan Indonesia menunjukkan bahwa dunia masih membutuhkan alternatif narasi damai. Alih-alih terus memperpanjang perang, Prabowo mengajak negara-negara dunia untuk fokus pada solusi konkret yang bisa menyelamatkan jutaan nyawa.
Jalan Damai Masih Terbuka?
Usulan gencatan senjata ala Korea yang digagas oleh Prabowo Subianto mengingatkan dunia bahwa di tengah kebuntuan diplomasi dan serangan senjata, selalu ada ruang untuk berpikir kreatif dan berani menyuarakan perdamaian.
Meski tidak diterima oleh semua pihak, setidaknya Indonesia telah mengusung nilai penting dalam hubungan internasional: bahwa damai adalah jalan terberat, tapi paling bermartabat.
2 Comments